Chapter II "Good Or Evil"


Original story by : Ndowi Joker
Image : Google


Di kegelapan malam, tiba-tiba ada seorang yang menyekap ku, dia menutup mulutku dan menyeretku ke dalam semak-semak.
 “Sssssttttttt...... diamlah sejenak”
Aku pun langsung terdiam mendengar suaranya, aku tak bisa melihat wajahnya namun dari suaranya yang berat dan agak serak aku tau dia seorang pria dewasa, aku berpikir walaupun aku meronta aku tak akan bisa melawannya dengan kondisiku yang seperti ini, jadi ku putuskan untuk menuruti keinginannya.
 “Jika kau tak diam kita berdua akan mati” bisikinya padaku.
Aku hanya bisa mengangguk dengan tangan kasarnya yang menutup mulutku.
 “Lihatlah ke depan”. Bisiknya lagi kepadaku.
   Aku pun langsung melihat ke depan, melalui semak-semak aku lihat di seberang sungai tepat di tepi sungai di bawah pohon yang besar, ada sesuatu yang mulai muncul dari kegelapan. Seperti seseorang yang memakai jubah hitam bertudung, aku tak bisa melihat wajahnya, kaki dan tangannya karena tertutup jubah hitam itu. Dia tidak terlihat seperti manusia, ia melayang dan aku rasa ia lebih terlihat seperti Dementor. Disini sangat gelap dan hampir membuatku tak bisa melihat sama sekali, hanya Sinar bulan yang masuk melalui celah-celah pepohonan yang mengenai jubah hitam itu yang membuatnya terlihat dalam kegelapan.
  “Jika di menemukan kita, habislah kita.” Bisiknya sambil menutup mulutku.
  I a terlihat sedang mencari sesuatu, mungkin kah dia sedang mencari kami? Dia mencari, mencari, melihat ke sana kemari, terus mencari dan terus mencari. Kami hanya diam, bersembunyi di balik semak-semak dan terus mengawasinya. Aku diam menahan dinginnya malam yang membeku bersama orang yang bahkan belum pernah kulihat wajahnya sebelumnya. Tak lama makhluk itu pun pergi mengikuti aliran sungai ini, perlahan hutan yang membeku ini mulai mencair, udara yang dingin perlahan kembali normal, air sungai, lumut dan dedaunan mulai kembali seperti semula.
*Tik tik tik
Tetesan air dari dedaunan yang mulai mencair memecah kesunyian di hutan ini. Setelah memastikan makhluk itu pergi pria ini mulai melepaskan tangannya dari mulutku, ia membalikkan tubuhku menghadapnya dan meletakkan tangannya di dahiku.
 “Kau tak apa-apa? Badanmu panas, wajahmu juga terlihat pucat, apa kau sudah makan? Apa yang terjadi? Bagaimana kau bisa ada di sini pada malam-malam begini?” tanya orang itu padaku.
 “L a p a r . . . .!” jawabku tak berdaya.
 “Kau lapar? Baiklah, aku punya roti sisa sarapan tadi pagi, makanlah!” jawabnya sambil mengulurkan sepotong roti dari sakunya.
Tanpa sepatah kata pun yang keluar dari mulutku, aku langsung mengambil roti itu dan mulai memakannya. Ia berdiri dan melangkah menjauh dariku, meninggalkan barang-barangnya di sampingku.  Ada sebuah kantong, pisau, pedang, panah, anak panah, dan 3 kelinci yang diikat kakinya. Aku bersandar di pohon, menghabiskan sepotong roti yang ia berikan kepadaku.
    Tak berselang lama, dia pun kembali, aku tidak bisa melihatnya dengan jelas di kegelapan malam ini, dia datang menghampiriku sambil membawa ranting dan kayu-kayu kering, sepertinya dia ingin membuat api.
 “Beristirahatlah, aku akan membuat api untuk menghangatkan badan” ucapnya padaku.
 “Baiklah” jawabku.
 “Siapa namamu? Dan bagaimana kau bisa ada disini?” tanyanya padaku sambil menata kayu dan ranting yang ia bawa tadi.
 “Aku Steve” jawabku lemas.
 “Baiklah Steve, bagaimana kau bisa ada disini? Dan apa yang kau inginkan di tempat ini?”
 “Aku mencari adikku, apa kau melihatnya? Di perempuan, umurnya 7 tahun, dan dia memiliki rambut merah kecokelatan, namanya Diana. Apa kau melihatnya?” Tanya ku padanya.
 “Kau kehilangan adikmu? Bagaimana itu bisa terjadi?”
 “Kemarin malam ada seorang yang menculik Adikku, dia lari ke hutan dan aku mengejarnya. Aku hampir bisa mengejarnya namun aku kehilangannya dan aku pingsan karena kelelahan. Keesokan harinya aku terbangun dan tidak sadar tersesat di hutan ini.”
 “Oh... Jadi itu terjadi lagi” jawabnya sambil duduk membawa ranting yang akan dia susun.
 “Apa maksudmu lagi? Dan makhluk apa itu tadi?” tanyaku terkejut mendengarnya.
 “Sudahlah, aku punya kelinci, bagaimana kalau kita memakannya malam ini? Kau lapar kan?” ucapnya sambil menunjukkan 3 kelinci mati di tangannya.
 “Baiklah!” jawabku
 “Aku akan membantumu melewati malam ini, jadi jangan banyak tanya!”
   Dia menyalakan api dengan korek api dan mulai membakar kayu dan ranting-ranting yang dia susun tadi, ia menguliti dan membuang isi perut kelinci-kelinci itu dengan belati lalu menusuknya dengan kayu. Tangannya sangat lihai mengolah kelinci-kelinci itu, mungkin karena dia sudah sering melakukannya. Ia menusuk dan meletakkannya di atas api, ia melakukan semuanya, sementara aku hanya duduk diam menonton dan bersandar di pohon dekat dengan api. Di hutan ini kami sendirian, menyalakan api dan membakar kelinci untuk makan malam. Pria ini, dia memakai jaket lusuh tidak ber lengan dan ada beberapa sobekan di beberapa bagian, lengan jaketnya seperti di sobek dengan sengaja, ia memakai celana pendek jeans yang awalnya aku pikir adalah cela panjang, sepertinya juga di sobek dengan sengaja. Potongan rambutnya cepak dan wajahnya terlihat macho sekali dengan semua otot yang cukup besar itu. Entah kenapa aku merasa nyaman bersama pria ini, aku merasa seperti sudah mengenalnya sejak lama, padahal kami baru saja bertemu. Dan aku masih bingung memikirkan perkataannya tadi, apa maksudnya itu terjadi lagi? Apakah hal seperti ini pernah terjadi sebelumnya? Aku tak tahu apa yang terjadi, ku duduk melihatnya terduduk di pinggir api sambil memikirkan apa yang sedang terjadi, ia terlihat seperti sedang sedih,  mungkin ia mengingat masa lalunya.
***
    Tak lama makan malam kami pun matang, dia mengangkat Batang kayu tusuk kelinci dari atas api dan menancapkan satu di tanah, yang satu ia berikan padaku dan yang satunya lagi ia makan sendiri.
 “Ini makanlah ini” ucapnya sambil menyodorkan kelinci panggang itu padaku.
Aku mengambilnya tanpa berucap sedikit pun, tanpa basa-basi aku langsung memakannya, aku memakannya dengan lahap dan berantakan seperti orang yang tidak makan dari kemarin, ouw itu memang aku. Sambil makan ia tersenyum kecil melihat caraku menghabiskan makan malam ini, kelinci panggang ini enak sekali
 “Apa kau akan menghabiskan itu juga?” tanyaku sambil menunjuk kelinci bakar yang ditancapkan ke tanah.
 “Tidak!!”
 “Kalau begitu apa boleh buatku?”
 “Tidak, ini buat teman ku”
 “Temanmu? Siapa?” Tanyaku lagi padanya.
 “Sudahlah cepat habiskan saja makananmu, lalu tidurlah”
 “Di mana dia?
 “Dia ada disini, di sekitar sini”
 “Benarkah? Kenapa kau tidak mengajaknya ke sini?”
 “Dia tidak menyukaimu!”
 “Ouwh!!!”
    Aku langsung terdiam mendengarnya, aku memang menyedihkan, sial. Setelah Kami menghabiskan makanan itu, dia langsung memadamkan api dengan menginjak-injaknya.
 “Hei..! Apa yang kau lakukan? Kenapa kau memadamkan apinya? Sekarang aku akan benar-benar mati kedinginan” Tanyaku kesal padanya.
 “Diamlah, kau tidak akan mati karena aku memadamkan apinya, justru kita akan mati jika tidak memadamkan apinya” jawabnya padaku.
 “Bagaimana bisa?”
 “Ini, ambil batu ini. Genggam batu ini, batu ini menyerap panas, ini akan menghangatkanmu” ucapnya sambil menyodorkan sebuah batu seukuran telapak tangan dari dalam kantung.
Aku langsung mengambil batu itu dari tangannya, batu ini berbentuk bulat pipih dan hangat. Aku langsung menggenggamnya dan berbaring di bawah pohon dan menggunakan akarnya sebagai bantal. Pria itu memmembawa sisa kelinci bakar yang ditancapkan tadi pergi menjauh dan hilang di kegelapan malam, sepertinya dia ingin memberikannya pada temannya yang dia bilang tadi. Aku pun mulai memejamkan mata dan tertidur.

#Kakak, tolong...!

...


 “Hei... Hei... Bangunlah matahari sudah tinggi..!” ucapnya sambil menendang ku untuk membangunkan ku.
    Ku buka mataku dan melihat ke langit, ku lihat dedaunan menari tertiup angin, sinar matahari yang menembus rimbunnya pepohonan seperti lampu sorot. Disini sangat tenang, hutan ini terlihat sangat indah di pagi hari. Semalam aku memimpikannya lagi, dia berlari dan meminta tolong padaku, dia terus memanggil namaku dan berlari dalam kegelapan.
 “Hei..! Cepat bangun, kau tidak ingin mencari adikmu?!” ucapnya dari kejauhan sambil menengok kebelakang ke arahku.
 “Tunggu, Kau tahu dimana dia?” jawabku kaget mendengarnya.
 “Cepatlah!”
 “Hei, tunggu!” teriakku bangun dan berlari mengejarnya.
 “Jangan tanya apapun, ikuti saja aku!”
 “Baiklah..”
Kami berjalan di hutan melewati pepohonan semak dan sungai, kami berjalan dan terus berjalan tanpa mengucapkan sepatah katapun. Aku tidak tahu dia akan membawaku kemana, bisa saja dia orang jahat dan ingin membunuhku di suatu tempat, tapi aku percaya padanya, sebenarnya aku tidak punya pilihan lain selain percaya padanya, lagipula jika dia ingin membunuhku dia akan melakukannya tadi malam. Aku kehilangan adikku dan tersesat di hutan, jadi aku pikir mempercayainya adalah pilihan yang tepat.
 “Kita ak....”
 “Kita sampai” ucapnya menyela ucapan ku.
 “Benarkah?”
   Aku melihat cahaya di Balik pepohonan, aku pikir itu adalah jalan keluar dari hutan ini, akhirnya aku bisa keluar dari hutan ini. Kami berjalan ke arah cahaya, dia di depan berjalan memimpin jalan kami.
 “Baiklah kita sampai, sepertinya kita akan berpisah di sini” ucapnya.
Aku berjalan mengikutinya keluar dari hutan untuk menemukan Ana, setidaknya itu yang aku pikirkan, akan tetapi tidak ada apa-apa di sini. Ini juga bukan jalan keluar dari hutan, ini adalah jurang. Dia berjalan ke depan, ke tepi jurang. Aku tidak tahu kenapa dia membawaku ke sini tapi, aku mulai ketakutan, mungkinkah dia akan membunuhku di sini? Atau dia ingin bunuh diri bersamaku?
 “Kemarilah, akan aku tunjukkan dimana adikmu berada” ajaknya padaku.
    Aku berjalan ke depan ke tepi jurang bersamanya, aku berada di sampingnya tepat di tepi jurang. Ku melihat ke bawah, di bawah jurang ada kabut yang tebal sehingga aku tidak dapat melihat dasarnya. Dia memegang pundakku tangan kirinya dan tersenyum padaku, dia bersiul dengan tangan kanannya seakan memberi tanda pada seseorang. Tiba-tiba ada suara dari belakangan, seperti suara langkah kaki yang menginjak daun kering dari dalam hutan, saat itu aku mengingat sesuatu. Pria ini memiliki seorang teman, aku pikir temannya mengikuti kami sampai disini, ada satu hal lagi, temannya tidak menyukaiku.


To be continued-

Unknown Web Developer

Tidak ada komentar:

Posting Komentar